Minggu, 04 Desember 2022

BANTU TEMAN SELESAIKAN MISI KE HONGKONG


 - Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.



Tok tok tok.. Saya ketuk pintu setinggi 2,5 meter dengan cat corak coklat. Seorang perempuan paruh baya yang berumur kira kiran 50 tahunan yang memakai seragam coklat berkacamata dan bermata sipit membukakan pintu.” Benarkah ini ruangan Profesor Nicholas Kovalevskaya?” tanya saya kepada ibu itu. “Benar sekali, pasti kamu Fahrul asal Indonesia yang akan bertemu dengan Profesor Nicholas”sahut ibu dengan rambut pendek itu dengan nada lembut. “ Ia benar sekali bu, apakah saya bisa bertemu Professor sekarang bu” tanya saya kembali. “ Profesor lagi rapat sebentar lagi juga selesai”sahut ramah ibu itu. Saya dipersilakan duduk di ruang tamu, ternyata ibu itu adalah resepsionis diruangan Prof Niko. Ya, sekarang saya sedang berada di HKU ( The University of Hong Kong ) tepatnya di Fakultas Teknik.

Tiba tiba ibu tersebut datang dengan membawakan beberapa potong roti dan secangkir teh hijau hangat. Setelah berbincang bebarapa saat ternyata nama ibu itu adalah Yun Xue. Jelas ibu ini orang asli Hong Kong, dan kami berbahasa Inggris walau bahasa Inggris saya agak bengkok. “Silakan diminum tehnya, selagi masih hangat” seru ibu Yun. “Ia bu, terima kasih” sambil saya ambil cangkir teh untuk diminum. Ternyata teh hijaunya segar sekali, saya tidak pernah merasakan teh seperti ini yang segar dengan rasa tidak pahit tidak manis dan sepat netral. Rasanya begitu natural dan pas. Kebetulan sekali ibu Yun memberikan minuman, padahal tadi setelah turun dari stasiun MTR HKU dan naik dengan lift ke lantai puncak saya sempat mondar mandir mencari ruangan Profesor Nicholas.

Engsel pintu berbunyi, ada seorang bapak berperawakan tua, berambut pirang agak keputihan dengan tinggi 170 cm masuk dari luar. “ Kamu fahrul dari Indonesia ya?” tebak bapak itu. Sekali lagi kedatangan saya bisa ditebak oleh orang. “Benar Prof” langsung terbesit  bahwa ini adalah Profesor Nicholas. Professor pun duduk. “ Saya baru selesai rapat, apakah kamu lama menunggu? Tanya professor. “ Tidak Prof” sahutku. Professor Niko adalah salah satu staf pengajar di Fakultas Teknik HKU. Profesor Niko sendiri terlibat pembangunan bandara HKIA (Hong Kong International Airport), bandara hasil reklamasi 2 pulau ini. Inilah sebenarnya tujuan saya ke sini, sign kontrak pembicara seminar kepada Professor. Saya di suruh sahabat saya untuk mengatur schedule dan sign kontrak untuk professor ke Hong Kong. Sahabat saya adalah salah satu dosen di salah satu Universitas swasta di Jakarta. Sempat saya bertanya, kenapa mesti saya yang datang ke HKU padahal dia sendiri bisa datang sendiri atau staff dari kampusnya. Dia bilang dia lagi ada kegiatan yaitu mempersiapkan untuk melanjutkan pendidikannya dengan mengambil gelar doctor di Swiss Federal Institute of Technology Zurich, Switzerland. Sedangkan staff dari kampusnya tidak ada yang berani pergi sendiri. Untuk menghemat budget dan bisa sendiri maka dia minta tolong kepada saya untuk sign kontrak seminar yang rencana akan membahas desain dari bandara reklamasi (alasannya padaku). 

Satu jam lebih saya dan Prof Niko berbincang, professor approve untuk tanggal seminar 10-11 Agustus. Ia menceritakan bagaimana ia bagian dari Engineer saat pembangunan bandara HKIA. Saat bercerita professor pun berdiri, dan menghidupkan laptopnya. Dibukanya sebuah aplikasi di laptopnya (saya lupa aplikasinya). Dia memperlihatkan disain global dari bandara tersebut. Sampai suatu ia bercerita pernah ditawari angkatan udara Rusia untuk bekerja disana. Saya tidak sempat menanyakan apakah saat itu ia sudah mendapatkan gelar Profesor atau belum karena bandara HKIA resmi dioperasikan tahun 1998 berarti pengerjaannya sebelum tahun tersebut.  Professor sendiri lahir di Moskwa, Rusia. Pantasan dari tadi saya bertanya tanya didalam hati kenapa professor ini berambut pirang, dan ternyata dia adalah orang Rusia, seharusnya saya dari awal sudah sadar dari nama beliau yang menunjukan bahwa identitasnya. Entah kenapa, dari dulu saya sangat mengagumi rusia dari pesawatnya baik pesawat luar angkasanya (Vostok) maupun pesawat tempur maupun komersialnya (Sukhoi).

Setelah sekian lama ngobrol akhirnya sang professor menandatangani kontraknya dan menyetujuinya.

Keesokan harinya saya menuju KJRI Hong Kong untuk memberikan titipan kepada komjen KJRI HK. Siang itu KJRI begitu ramai, dipintu samping terlihat banyak sekali orang berwajah Indonesia memasuki gedung itu. Sempat bertanya,” kenapa ramai sekali, ada acara apa?” Seorang bilang bahwa mereka baru sampai di HK. Ini hari pertama mereka yang hendak kerja disana dan akan diadakan pembekalan. Saya bertanya resepsionis dimana kepada petugas pintu samping, dan ternyata pintu utama ada disisi yang lainnya. Di depan KJRI saya lihat jejeran toko yang menjual barang barang asal Indonesia, terdapat juga bank BNI dan Mandiri kita. Saya pun masuk ke gedung KJRI. Resepsionis berwajah local HK,” ada yang bisa saya bantu?” sahut ibu itu. Saya sontak kaget dengan bahasa Indonesianya medok China. Ternyata ibu itu bisa berbahasa Indonesia walaupun warga lokal. “Ada bapak Komjen bu?” tanyaku pada Ibu resepsis. Maaf ada perlu apa?” tanya ibu itu kembali.” Ada titipan dari saudaranya dari Indonesia”,sahutku menjelaskan.  “Saya rasa  isi dari titipan itu berupa makanan kering dari tanah air. Mungkin sedikit kepo dengan isinya”,pikirku. “ Bapak tidak  sedang di HK, dia sedang rapat di Kementrian Luar Negeri di Jakarta” sahut ibu itu. “what??? Pikirku. Kenapa aku harus bawa paket ini orangnya toh pulang kampung?”gerutu dalam hati. Saya pun duduk sebentar dan mengirim WA kepada teman saya. “ Ternyata memang benar bapak komjen menuju Jakarta ada rapat dadakan di kementrian, dan dia pun menyuruh titipkan pada resepsionis. Dan semua surat surat pendukung acara akan diselesaikan oleh staff duta besar disana. Jadi saya tidak perlu menunggu lama, jadi saya bisa cepat pulang kembali. Senang sekali rasanya bisa selesai semua dan balik secepatnya ke tanah air. “Mission complete”, bisik dalam hati.

SELESAI*